testimonia-buah-merah-papua
Stamina Prima Berkat Buah Merah
Marthen Wenggi, Wamena, Jayawijaya.
Marthen Wenggi lahir di Wamena pada tanggal 10 Maret 1956. la
adalah seorang guru di sebuah SD Negeri di Wamena, sekaligus seorang mahasiswa
MIPA di Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua. Pria enerjik yang malang
melintang selama 30 tahun di pedalaman sebagai guru ini, mengenal buah merah
sejak 30 tahun lalu. Tepatnya, ketika bertugas di pedalaman. Waktu itu, menurut
Marthen, untuk mendidik masyarakat di pedalaman ia harus menyatu dengan
masyarakat terlebih dahulu. Caranya adalah dengan memakan apa yang mereka makan
dan hidup berbaur mengikuti adat-istiadat mereka.
Di kawasan pedalaman Yalimo, Marthen mulai makan dengan penduduk
setempat. Makanan yang dihidangkan adalah ubi bakar dengan sayuran yang
dicampur buah merah. "Ubi bakar dikupas, ditaruh di atas daun pisang,
dicampur sayuran. Kemudian buah merah dikuliti dan dikramas (diremas dengan
tangan hingga pasta dan minyaknya mengalir) di atas ubi. Rasanya enak
sekali," Marthen mengenang saat pertama kali mengonsumsi buah endemik
Papua tersebut.
Sejak saat itu, setiap hari Marthen selalu menyertakan buah
merah dalam menu masakannya. Hasilnya, hingga saat ini Marthen sehat dan tidak
mengidap suatu penyakit apa pun. Dalam bertugas, berjalan berkilo-kilometer
dilakoninya tanpa kehabisan energi, walaupun saat berjalan, asap mengepul dari
gulungan tembakau di bibirnya. Hingga saat ini, Marthen masih setia menenteng
buah merah jika menumpang pesawat dari Wamena ke Jayapura.
Kanker Rahim Rontok
Berkat Minyak Buah Merah Ny. Rosdiati Arif, 48 th, Jl. Kaliprogo II RT 09 RW 3,
Padang Harapan, Bengkulu, Telp. (0763) 27594
Awalnya, kehidupan sehari-hari Ny. Rosdiati biasa saja.
Kehidupan istri pensiunan pegawai negeri ini mulai berubah sejak tahun 2002.
Tepatnya, saat dokter memvonisnya menderita kanker rahim stadium 2B. Hal ini
tentu saja mengejutkan Rosdiati.
Setelah berobat ke RSU Palembang, ia harus menjalani operasi dan
kemoterapi. Hingga akhir 2003, Ny. Rosdiati menjalani kemoterapi sebanyak enam
kali. Meskipun demikian, penyembuhan yang dilakukan tenaga medis ini tidak
banyak mengurangi penderitaan perempuan berumur 48 tahun ini. Bahkan, badan
Rosdiati lama-kelamaan menjadi kurus, loyo, rambut rontok, dan sering
sakit-sakitan.
Setelah mengalami penderitaan selama lebih dari satu tahun, pada
bulan Februari 2003 Ny. Rosdiati mendapat kiriman minyak buah merah dari
keponakannya yang tinggal di Wamena, Papua. Tanpa berpikir panjang, ia segera
meminum minyak buah merah tersebut tiga kali sehari. Sekali minum satu sendok
makan.
Tepat setelah 20 hari minum minyak buah merah, dari rahimnya
keluar potongan-potongan daging (menyerupai daging yang dicincang) berwarna
merah sebesar ujung kelingking. Pada bulan Juni, ia mendapat kiriman minyak
buah merah lagi sebanyak 300 ml. Setelah diminum, dari rahimnya keluar lagi
potongan daging yang diduga kanker yang menyerang rahimnya. Pada bulan
September, juga demikian, yakni dari rahimnya keluar lagi potongan daging
menyerupai lemak ayam. Selanjutnya, pada bulan Desember sering keluar cairan
berwarna putih kental bercampur dengan bintik merah yang berbau anyir. Sejak
itu, kondisi Ny. Rosdiati berangsur membaik.
Saat ini, kondisi fisik Ny. Rosdiati jauh lebih baik
dibandingkan dengan 2—3 tahun lalu. Dulu, berat badannya turun drastis hingga
tinggal 46 kg, tetapi sekarang sudah normal seperti semula, yakni 55 kg.
Badannya sudah terlihat segar, tidak pucat, dan rambutnya pun tidak rontok
lagi.
Rasa Sakit Akibat Kanker Otak Berkurang
Heni Winarti, Batu, Jawa Timur
Ibu Guru SD Tlekung ini adalah lahir pada tahun 1961 dan tinggal
di Kota Apel, Batu, Jawa Timur. Di daerah pegunungan yang sejuk itulah Heni
melakukan aktivitasnya sehari-hari. Awalnya kegiatan belajar mengajar di SD
tersebut terlaksana dengan wajar. Namun, sejak pertengahan 2004, ada perasaan
yang berbeda di kepalanya. Dalam sehari, selama sekitar 15 menit, kepalanya
terasa sakit dan telinga berdenging, sehingga aktivitasnya terganggu. Kondisi
seperti ini bisa terulang beberapa kali dalam sehari. Karena tidak tahan
menanggung siksaan, Heni mengunjungi dokter. Setelah kepalanya di-scan, oleh
dokter Heni dinyatakan mengidap kanker otak dan harus dioperasi. Tentu saja ibu
guru ini kaget dan menolak pengangkatan kanker dari kepalanya. "Saya takut
kalau harus dioperasi," katanya.
Pada akhir 2004, oleh teman sejawatnya sesama guru, Heni diberi
minyak buah merah dan disuruh meminumnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter,
ia pun diperbolehkan mengonsumsi minyak dari buah asal Papua tersebut. Awalnya,
Heni hanya mengonsumsi satu sendok makan setiap hari. Seminggu kemudian,
kepalanya pun mulai enteng. Tidak seperti sebelumnya, sakit di kepalanya mulai
berkurang dan hanya sesekali menyerang.
Akhirnya Heni memesan minyak buah merah langsung dari sentranya
di Wamena. Dosisnya pun ditingkatkan menjadi dua kali sehari, sekali minum satu
sendok makan. Karena kondisinya membaik, akhirnya secara rutin ia mengonsumsi
tiga sendok makan setiap hari. Walaupun belum sembuh secara total, siksaan di
kepalanya bisa mereda. Bahkan, sejak mengonsumsi minyak buah merah, obat-obatan
dari dokter mulai ditinggalkannya. Secara medis, sampai saat ini belum ada
keterangan tentang kondisi kanker di kepalanya, tetapi yang jelas kondisi
kesehatannya sudah membaik. Kegiatan belajar mengajarnya pun sudah normal lagi.
Calon Kanker Mulut Rahim Berkurang
Ussy Sulistyowati, Artis Sinetron dan Bintang Iklan
Gadis kelahiran 13 Juli 1980 ini adalah seorang artis sinetron
dan bintang iklan. Sampai saat ini sudah 16 judul sinetron dibintanginya dan
tiga buah iklan memakai paras ayunya. Pemeran tokoh Mince dalam sinetron
"Cintaku di Rumah Susun" ini pada bulan Juli 2004 mulai merasakan
kejanggalan di mulut rahimnya. Setelah diperiksa, ternyata ada endovestrosen,
yaitu jaringan tumbuh yang biasanya muncul saat menstruasi dan berpotensi
menjadi kanker.
Ussy pun terbang ke Singapura untuk dibiopsi, melihat jaringan
tersebut kanker ganas atau tidak. Biopsi yang dilakukan di Rumah Sakit Mount
Elisabeth itu menunjukkan adanya kelenjar berwarna putih sepanjang 3 cm yang menurut
dokter berpotensi menjadi kanker dalam kurun waktu 5—10 tahun lagi. Ussy
menderita prakanker dan dokter menyarankan untuk operasi.
Saat pulang ke Jakarta untuk menunggu operasi, Ussy mendapat
informasi dari seseorang agar ia mengonsumsi sari buah merah dari Papua.
Kebetulan saat itu sari buah merah asal Papua sedang ngetrend
dan menjadi buah bibir. Dua minggu sebelum berangkat ke Singapura
untuk operasi, Ussy mengonsumsi sari buah merah sebanyak satu sendok teh, dua
kali sehari.
Sesampainya di RS Mount Elisabeth, dokter yang menanganinya
keheranan, karena lingkaran putih calon kankernya yang semula sepanjang 3 cm
telah menyusut hingga tinggal 1 cm. Ussy mengatakan kepada dokternya dengan
jujur bahwa selama di Jakarta ia meminum sari buah merah. Karena dokter di sana
tidak mengenal buah merah, Ussy pun menjelaskannya secara panjang lebar bahwa
di Indonesia ada buah merah yang oleh masyarakat dimanfaatkan untuk
pengobatan. Meskipun demikian, kelenjar yang berpotensi menjadi kanker di mulut
rahim Ussy tersebut tetap dioperasi. Hasil kerja sari buah merah selama dua
minggu yang mampu melenyapkan calon kanker sepanjang 2 cm dituntaskan oleh
dokter RS Mount Elisabeth
Sampai sekarang di sela-sela kesibukannya Ussy masih setia
mengonsumsi sari buah merah asal Papua. Sari buah yang diperoleh dari temannya
yang bekerja di Papua pun kini dikonsumsi oleh semua anggota keluarganya.
Selamat Tinggal Ambeien
Hari Tjahyono, Ssi, Lembah Baliem, Jayawijaya
Pria kelahiran Ponorogo tanggal 1 Juni 1964 jnj adalah seorang sarjana
lulusan Universitas
Terbuka. Pada tahun 1985, Hari berlayar ke Papua dan terbang ke Kecamatan Oksibil di Pegunungan Bintang, Lembah Baliem, tepatnya di Maki. Di sana, pria yang beristrikan perempuan dari Ranah Minang ini mengajar matematika dan berdakwah menyebarkan agama Islam kepada penduduk penganut animisme.
Terbuka. Pada tahun 1985, Hari berlayar ke Papua dan terbang ke Kecamatan Oksibil di Pegunungan Bintang, Lembah Baliem, tepatnya di Maki. Di sana, pria yang beristrikan perempuan dari Ranah Minang ini mengajar matematika dan berdakwah menyebarkan agama Islam kepada penduduk penganut animisme.
Pada tahun 1999, Hari mulai merasakan lubang duburnya panas
setiap buang air besar (BAB) dan duduk pun menjadi tidak enak. Lama-kelamaan,
jika buang air besar, darah keluar bercampur dengan kotoran, sehingga duburnya
terasa panas dan sakit. Saat berobat ke rumah sakit di Wamena, oleh dokter ia
diberi obat antiambeien yang harus dimasukkan ke dalam lubang dubur. Meskipun
demikian, penyakitnya tak kunjung sembuh
Siksaan setiap kali buang air besar tetap saja menimpanya. Hal
ini tentu membuat sang istri harus berkorban melupakan masakan khas kampung
halamannya, masakan padang yang pedas. Soalnya, setiap kali menyantap masakan
istrinya, Hari akan tersiksa, lubang duburnya bagai tersengat api, panas dan
terasa pedas.
Siksaan yang dialami Hari berakhir setelah ia bertemu penulis
buku Khasiat dan Manfaat Buah Merah: Si Emas Merah dari Papua,
H. Machmud Yahya. H. Machmud Yahya yang waktu itu sudah mulai mengolah buah
merah memberikan satu botol minyak buah merah (350 ml). Minyak buah merah yang
diberikan penulis ini diminum sekali sehari, satu sendok makan setiap hari.
Seminggu kemudian, saat buang air besar, panas di duburnya mulai hilang. Warna
merah yang bercampur dengan kotorannya bukan lagi darah, tetapi efek dari
minyak buah merah yang dikonsumsinya. Ambeiennya sembuh dalam waktu satu minggu
dan sampai sekarang tidak menyiksanya lagi. Yang membuatnya lebih senang
adalah ia sudah berani menyantap masakan istrinya, masakan padang yang ekstra
pedas.
Hepatitis vs Sari Buah Merah
Heru Alamsyah, JI. Raya Jatimalcmur, Bekasi
Heru Alamsyah adalah anak kedua dari tiga bersaudara yang masih
duduk di bangku kelas II SMA di Bekasi. Sejak empat bulan yang lalu, siswa yang
jago ilmu fisika ini terserang virus hepatitis. Istilah ibunya waktu itu, Heru
terkena sakit kuning. Tentu saja hal ini membuat Heru harus kehilangan waktu
beberapa hari untuk belajar fisika di sekolahnya. Karena dokter waktu itu
memintanya beristirahat di rumah untuk sementara waktu. Menurut dokter ia harus
berpantang makanan yang mengandung minyak. Hal ini tentu saja agak memutuskan
harapannya. Soalnya, ia baru saja mendapat sari buah merah yang rencananya akan
digunakan untuk menyembuhkan penyakit hepatitisnya. Padahal sari buah dari
Papua yang akan diminumnya ini dalam bentuk minyak.
Akhirnya, pria kelahiran 27 Maret 1988 ini nekat meminumnya.
Satu sendok teh sari buah merah diminumnya 2 kali sehari pada pagi dan sore
hari. Setelah meminumnya, badan memang agak terasa lemas, tetapi Heru diam
saja, takut disalahkan oleh orang tuanya.
Ternyata badan lemas tersebut dialami oleh semua orang yang
mengonsumsi sari buah merah. Ajaib, dari hari ke hari badan dan wajahnya
menjadi segar dan kelopak matanya jernih tidak berwarna kuning lagi.
Asam Urat Sembuh dalam Seminggu
Ayub S. Parrrata, 731h, Penganggrek Nasional, JI. Tangkuban Perahu No. 157,
Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Telp. (022) 2789286
Ayub S. Parnata yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Desember
1932 merupakan nama yang tidak asing di kalangan penggemar anggrek. Sedikitnya
ia berhasil menyilangkan 10.300 jenis anggrek unggulan yang beberapa di
antaranya telah didaftarkan di pusat peranggrekan internasional, yaitu The
Register of Orchid Hybrids, Royal Horticultura Society, Vincent Square, London,
Inggris. Karenanya, beberapa hasil karyanya menghebohkan
penganggrek di luar negeri. Maklum, sejak tahun 1947, kakek ini sudah berkutat
dengan anggrek. Sejak itu, praktis kehidupan sehari-harinya tidak terlepas dari
tanaman anggrek.
Sejak pertengahan 2004, aktivitasnya "bermesraan"
dengan anggrek agak terganggu. Bapak anggrek ini terserang asam urat.
Menurutnya, ketika serangan asam uratnya kambuh, kakinya sangat sakit. Bahkan,
bergerak sedikit saja sakitnya luar biasa. Karenanya, tidak jarang ia hanya
bisa berbaring di tempat tidur. Serangan hebat terjadi lagi saat ia ngemil suuk
(makan kacang tanah). Serangan asam urat di kakinya ini secara rutin
menyerangnya, tidak hanya pada malam hari, tetapi juga siang hari saat ia harus
mengurus anggrek-angreknya.
Pada bulan Juni 2004, sebagai salah satu tokoh tani, Ayub
berangkat ke Manado untuk mengikuti temu Kontak Tani dan Nelayan Andalan
(KTNA). Pada pertemuan ini banyak dibuka stand dari penjuru tanah air yang
memamerkan produk unggulan. Di salah satu stand dari Provinsi Papua, Ayub
secara kebetulan melihat produk berupa minyak buah merah. Oleh penjaga stand
tersebut, ia disarankan meminum minyak buah merah sebanyak satu sendok makan,
dua kali sehari. Karena ingin penyakitnya sembuh, Ayub pun membeli sebotol
minyak buah merah ukuran 200 ml dan meminumnya satu sendok makan, tiga kali
sehari.
Sebenarnya waktu minum pertama kali ia tidak yakin asam uratnya
bisa sembuh. Keraguan itu disebabkan warna minyak buah merah tersebut
menurutnya tidak lazim, apalagi tidak berasa dan tidak berbau. Saat diminum,
minyak tersebut terasa nggelontor di lehernya. Meskipun demikian, ia mencoba
"menganilisis" warna merah tersebut. la pun bisa memastikan bahwa
warna tersebut disebabkan kandungan berupa tokoferol dan betakaroten yang jika
sudah masuk ke dalam tubuh menjadi vitamin A. "Dan ini pasti ajaib,"
begitu pikirnya.
Sejak minum minyak buah merah, keajaiban mulai terjadi. Rasa
sakit akibat asam uratnya berangsur-angsur menghilang. Sungguh luar biasa,
setelah satu minggu mengonsumsi minyak buah merah, asam uratnya lenyap.
Pengalaman berharga ini kemudian diberitakan kepada mertuanya yang juga
mengidap asam urat. Setelah mengonsumsi minyak buah merah, penderitaan
mertuanya juga sembuh. Meskipun demikian, baik Ayub maupun mertuanya tetap
berpantang aneka makanan yang bisa memicu kambuhnya asam urat, terutama jeroan
dan kacang tanah. Setelah sembuh dari asam urat dan tubuhnya semakin bugar,
anggrek-anggrek Ayub kembali kebagian sentuhan tangan dinginnya.
Darah Tinggi Menurun dan Maag Sembuh
H. Abdus Salam, Wamena, Jayawijaya
Arek Madura kelahiran Jember 28 Februari 1958 ini datang ke
Papua pada tahun 1987 dengan perasaan duka. Pasalnya, Salam, demikian
panggilannya sehari-hari, baru saja ditinggal lari oleh istrinya. Dengan
perasaan broken heart, lulusan SMP Probolinggo ini
berlayar ke Papua dan menetap di Wamena. Di Lembah Baliem ini ternyata lapangan
pekerjaan tidak ada, hingga Salam akhirnya menjadi kuli di pabrik tebu. Tiga
tahun bekerja di sana, Salam berhasil menggaet adik perempuan majikannya.
Setelah itu, Salam pun mulai mandiri. Lama-kelamaan ia berhasil menjadi seorang
pengusaha yang terbilang sukses di Wamena, tentu saja berkat dukungan istri
barunya yang setia. Bidang usahanya antara lain angkutan darat, industri tabu,
kontrakan, kontraktor, dan industri buah merah.
Disebabkan perubahan gaya hidupnya, pada tahun 1989, Salam
terkena penyakit komplikasi antara darah tinggi, maag, dan asam urat. Saat
berkunjung ke dokter, tensimeter menunjukkan angka 230/110 dan asam uratnya
6,8. Maagnya juga menyiksa, apalagi saat ia menyantap masakan pedas, sehingga
perutnya terasa perih dan melilit. Obat-obatan dari dokter tidak banyak
membantu meringankan penderitaannya.
Sejak akhir Desember 2004, Salam mulai mengonsumsi minyak buah
merah yang banyak diproduksi di Wamena. Secara rutin ia minum dua kali sehari
setelah sarapan pagi dan menjelang tidur, sekali minum satu sendok makan. Satu
setengah bulan sejak mengonsumsi minyak buah merah, Salam kembali ke dokter.
Oleh dokter, darah tingginya dinyatakan turun menjadi 140/80. Maagnya juga
sudah sembuh dan Salam pun mulai berani makan masakan pedas.
Dua penyakit kambuhannya, darah tinggi dan maag memang lenyap,
tetapi asam uratnya masih bercokol, tidak ada perubahan sedikit pun. Sampai
sekarang, Salam masih menunggu keampuhan buah merah untuk menggempur asam
uratnya. Untuk menjaga stamina, Pak Haji ini masih setia mengonsumsi minyak
buah merah.
Herpes Kelamin Lenyap Dalam Dua Minggu
Ulfa, Karyawan Swasta, Jakarta
Ulfa, bukan nama sebenarnya, adalah seorang karyawati di sebuah
perusahaan swasta. Gadis lajang berusia 21 tahun ini baru saja menyelesaikan
pendidikannya di SMU dan langsung mendapatkan pekerjaan. Sejak sekolah di
sebuah SMU di Jakarta, gadis ini terjebak dalam pergaulan bebas, sehingga
menjadi penganut seks bebas pula. Karenanya, gadis ini sering berganti pasangan
dan berdasarkaq pengakuannya dalam berhubungan seks ia tidak pernah menggunakan
alat kontrasespi.
Pada awal Januari 2005, di sekitar selangkangannya muncul bintikbintik
berair yang terasa gatal. Lamakelamaan bintik-bintik itu semakin gatal dan
menyebar merata, bahkan sampai ke sekitar mulut vaginanya. Tentu saja hal ini
mengagetkan dan membuatnya ketakutan, tetapi mau berobat ke dokter ia merasa
malu. Ulfa kemudian mencoba mengobati dirinya sendiri dengan cara berendam di
air panas yang sudah dicampur dengan PK (kalium permanganat). Selain
itu, ia juga minum antibiotik. Meskipun demikian, upayanya tidak membuahkan
hasil, bahkan penyakitnya semakin menyebar.
Pada akhir Februari 2005, Ulfa mendapat saran untuk minum sari
buah merah sekaligus mengoleskan minyak atau salep buah merah ke bagian yang
gatal tersebut. Ajaib, tiga hari berikutnya gatal-gatalnya mereda dan dua
minggu kemudian herpesnya hilang sama sekali. Bahkan, bekas gatal-gatalnya di
kulit paha dan di sekitar vaginanya hilang tak berbekas. Efek minum buah merah
menjadikan staminanya di lingkungan kerjanya meningkat.
Sari Buah Merah Menyembuhkan Alergi pada Bayi
Muhamad Faisal, Parungpanjang, Depok
Ny. Suhana adalah seorang ibu yang baru saja melahirkan bayi
pertamanya. Perempuan yang tinggal di Kampung Bulu, Citayam, Depok ini
bersuamikan seorang lakil-aki yang mencoba berwiraswata kecil-kecilan, yakni
berdagang spare part sepeda motor. Pada tanggal 17
Desember 2004, Ny. Suhana melahirkan bayi laki-laki. Tentu saja hal ini
menggembirakan hatinya sebagai seorang ibu. Namun, kebahagiaan itu tiba-taiba
harus berubah menjadi kesedihan. Pasalnya, satu bulan sejak melahirkan, bayinya
yang bernama Muhamad Faisal menderita penyakit yang menyerupai kudis atau eksim
di sekujur tubuhnya, dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Karena panik, bayinya yang baru berumur satu bulan tersebut
dibawa ke sebuah Puskesmas di Parung. Menurut dokter, bayinya menderita alergi,
tetapi tidak menyebutkan apa pemicu alergi tersebut. Setelah mendapat
obat-obatan dari dokter, Ny. Suhana pun pulang dan merawat anaknya.
Dalam perawatannya, penyakit anaknya tak kunjung sembuh. Tentu
saja ia tidak tega melihat buah hatinya tersiksa. Sebulan merawat bayinya di
rumah, Ny. Suhana mendapat sari buah merah asal Papua yang konon ampuh dalam
menyembuhkan penyakit dari salah seorang tetengganya. Dengan rasa penasaran, ia
memberikan sari buah merah kepada bayinya dengan cara meminumkannya sebanyak 2
ml sekali minum. Intervalnya dua kali sehari. Selain diberikan dengan cara
diminumkan, sari buah merah tersebut juga dioleskan ke sekujur tubuh bayinya.
Setelah diberi sari buah merah selama satu bulan, kondisi
bayinya berangsur-angsur membaik. Penyakit yang menyerupai eksim di sekujur
tubuhnya mulai menghilang sedikit demi sedikit. Hampir semua permukaan kulitnya
mulus kembali.
Tekanan Darah Tinggi dan
Herpes Kulit Hilang dalam Waktu Satu Bulan
Lettu (Purn) H. Abdul Karim, Bogor
H. Abdul Karim adalah seorang purnawirawan TNI AD dengan pangkat
terakhir letnan satu. Abdul Karim pernah bertugas di Divisi Siliwangi sebagai
seorang pejuang perintis dan penegak kemerdekaan Republik Indonesia. Pejuang
yang kenyang bergerilya ini kelahiran tahun 1922. Semasa bertugas ia banyak
melakukan perang gerilya di Pulau Jawa, dari Banten, Yogyakarta, sampai
Surabaya. la juga terlibat dalam Serangan Umum 1 Maret 1949.
Kini, H. Abdul Karim yang sudah berusia lanjut ini mulai terkena
beragam penyakit. Enam tahun yang lalu ia terserang penyakit kulit. Awalnya
hanya gatal, kemudian timbul bintik-bintik berair yang semakin lama semakin
terasa gatal. Setelah diperiksakan ke dokter, ternyata penyakitnya adalah
herpes. Selain terserang virus herpes, ia juga terserang penyakit tekanan darah
tinggi.
Pada bulan Januari 2005, Ny. Abdul Karim membeli sebotol sari
buah merah. Memang untuk ukuran mereka, harga sari buah merah tersebut
terhitung mahal, tetapi demi kesembuhan suaminya, sang istri membelinya juga.
Waktu itu, H. Abdul Karim meminum sari buah merah sebanyak satu sendok makan
dua kali sehari. Seperti para penderita lain, pertama kali minum rasa mual dan
lemas dirasakan anggota veteran ini. Meskipun demikian, setelah satu bulan,
tekanan darahnya mulai normal dan bintik-bintik gatal karena virus herpes yang
ada di sekujur tubuhnya pun mulai menghilang. Sampai sekarang, H. Abdul Karim
tetap minum sari buah merah.
Meningkatkan Stamina dan Libido
Lukas, Depok
Lukas, bersama beberapa temannya adalah tukang ojek di daerah
Jakarta. Rata-rata teman satu grupnya berumur 30—45 tahun. Waktu operasi mereka
adalah dari pukul 06.00—18.00 WIB, bahkan untuk mengejar setoran kadang-kadang
mereka narik sampai malam. Pola kerja seperti ini tentu saja banyak menguras
stamina mereka. Sesampai di rumah, kondisi fisik mereka sering kecapaian,
sehingga kebutuhan biologis para istri sering terabaikan. Hanya tempat tidur
yang menjadi tujuan mereka, untuk tempat memejamkan mata hingga pagi harinya.
Selama ini, untuk membantu meningkatkan staminanya, Lukas bersama
teman-temannya selalu mengonsumsi minuman berenergi. Paling tidak, mereka bisa
minum dua botol per hari. Meskipun demikian, cara ini tidak banyak membantu
tubuhnya.
Pada pertengahan Februari 2005, Lukas bersama teman-temannya
mecoba mengonsumsi sari buah merah. Waktu itu, mereka mencoba meminum sari buah
merah sebanyak satu sendok teh pada malam hari menjelang tidur. Hasilnya
ternyata berbeda-beda. Sebagian besar temannya merasa mual, mulas, badan lemas,
beberapa menit kemudian mengantuk, dan tertidur. Namun pada pagi harinya, badan
mereka menjadi segar dan semangatnya meningkat.
Lukas sendiri tidak merasakan mual, mulas, lamas, dan ngantuk.
Efek yang dirasakannya 15 menit setelah meminum sari buah merah membuat gairah
seksualnya meningkat, badannya menjadi segar dan fit seperti telah meminum
minuman berenergi. Temannya ada yang merasakan hal serupa setelah setengah jam,
ada yang satu jam, dan adapula yang merasakan libidonya meningkat setelah dua
jam. Masuk angin dan pegal-pegal pun jarang menyerang walaupun harus narik ojek
saat hari hujan dan panas.
Sampai sekarang, Lukas masih rutin mengonsumsi sari buah merah
menjelang tidur. Badannya tetap fresh dan fit.
Dan, jika lupa meminum sari buah merah, badan Lukas menjadi loyo dan
seolah-olah kehilangan tenaga.
Eksim yang Diderita Selama Sembilan Bulan
Sembuh
Widyawati, Parungpanjrang, Depok
Sebagai seorang istri pegawai negeri, selain sibuk sebagai ibu
rumah tangga, Widyawati (bukan nama sebenarnya) sibuk di organisasi Dharma
Wanita di lingkungan suaminya bekerja.
Sejak tahun 1996, Widyawati terserang eksim di kedua pergelangan
kakinya. Lama-kelamaan eksimnya bertambah gatal dan semakin melebar. Selama ini
Widyawati yang tinggal di Parungpanjang, Depok, rutin memeriksakan penyakitnya
ke dokter spesialis kulit di Semarang, Jawa Tengah. Di Semarang, Widyawati
diinjeksi agar penyakitnya sembuh. Anehnya, sepulang dari Semarang eksimnya
yang sudah berangsur-angsur sembuh, beberapa lama kemudian kambuh lagi.
Kejadian tersebut terus berulang hingga tahun 2004. Rasa gatal
di kedua pergelangan kaki tersebut kadang-kadang menyerang dengan hebat dan
secara reflek mendorong tangannya untuk menggaruk, sehingga kondisinya semakin
bertambah parah. Karenanya, tidak mengherankan jika eksim tersebut semakin
melebar dan semakin tebal. Selain berobat ke dokter ahli kulit di Semarang, ia
juga mencoba berbagai macam salep untuk pengobatan eksimnya, tetapi hasilnya
nol besar.
Pada bulan Januari 2005, kebetulan salah seorang anak
perempuannya berjualan sari buah merah yang didapatkan dari Wamena, Papua. Oleh
anak perempuannya tersebut, Widyawati disarankan meminum sari buah merah
tersebut dan mengoleskannya di pergelangan kakinya yang terkena eksim.
Widyawati meminum sari buah merah dua kali sehari sebanyak satu sendok makan.
Pergelangan kakinya diolesi minyak buah merah setelah mandi atau buang air
besar: Dari hari-ke hari eksim di kedua pergelangan kakinya mulai menyusut dan
kulitnya mulai halus. Eksim yang diderita selama sembilan tahun itu kini telah
sembuh. Perawatan dengan sari buah merah pun tetap rutin dilakukan untuk
membersihkan bekas lukanya.
Tekanan Darah Turun dan
"Gempa Bumi" Akibat Penyakit Jantung Lenyap
Sri Widowati, Ujung Aspal, Pondok Gede
Sehari-hari Sri Widowati yang berumur 59 tahun adalah ibu rumah
tangga yang mengasuh 3 dari 4 anaknya. Anak pertamanya sudah lepas dari
asuhannya karena sudah menjalin bahtera rumah tangga dan mempunyai rumah
sendiri. Bu Wid, demikian ia biasa disapa, sejak muda sudah mengidap penyakit
tekanan darah tinggi dan jantung. Bahkan, ia pernah dirawat beberapa kali di
Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Jika penyakit jantungnya sedang kambuh,
seolah-olah ia merasakan sedang terjadi gempa bumi. Sedangkan, ketika tensi
darahnya sedang naik, kadang-kadang anaknya yang terkena getah, ia pun marah-marah
seenaknya.
Pada Desember 2004, anak pertamanya membawa satu botol besar
yang berisi sari buah merah dari Papua. Waktu itu Bu Wid agak enggan dan jijik
meminumnya, ia agak merasa mual dan ingin muntah. Setelah itu, badannya terasa
lemas dan ia pun tertidur. Begitu bangun tidur keesokan harinya, perubahan
drastis dialaminya. Badannya terasa segar dan fit. "Seperti muda
lagi", kata Bu Wid.
Setelah berlangsung sekitar 1 bulan, berangsur-angsur
"gempa bumi" dan debaran jantungnya menghilang. Ketika ke dokter,
tensimeter menunjukkan angka 110/90. Angka ini jelas berbeda dengan 2 bulan
yang lalu, yang menunjukkan 220/140. Rasa berdenyut-denyut di kepala juga
hilang, rasa sakit seperti ditusuk jarum di ulu hatinya juga lenyap. Namun, ia
belum memeriksakan jantungnya ke RS Harapan Kita lagi. Baginya, yang terpenting
adalah tubuhnya sudah terasa enak lagi.
Stroke Sembuh Setelah Minum Sari Buah Merah
Herry Sutjipto, Jati Makmur, Bekasi
Herry Sutjipto yang tinggal di Jati Makmur Bekasi adalah seorang
karyawan swasta yang bekerja di daerah Fatmawati, Jakarta Selatan. Pria
kelahiran 23 Januari 1956 ini mengaku tidak pernah mengidap penyakit berbahaya.
Pada bulan Agustus 2004, perokok berat ini asyik menonton
televisi. Tanpa disadarinya, tiba-tiba dari lengan sampai ujung jari tangan
kanannya mati rasa, begitu juga kaki kanannya. Herry pun kebingungan. Istrinya
segera menelepon sang kakak yang kebetulan seorang dokter. Melalui telepon,
kakak iparnya menanyakan kondisi Herry, apakah matanya bisa terpejam dan
lidahnya masih bisa menjulur. Kakak ipar ini curiga Herry terserang stroke.
Atas saran sang kakak ipar, Herry dibawa ke RS Harapan Kita Bekasi. Disebabkan
saat itu hari Minggu, dokter spesialis saraf sedang libur, sehingga Herry
dilarikan ke UGD RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Namun, karena takut melihat
situasi ruangan UGD yang menurut Harry menyeramkan, Herry meminta dibawa lagi
ke RS Harapan Kita.
Setelah dilakukan pemeriksaan lewat CT-scan, di kepala Herry
ternyata terdapat penyumbatan pembuluh darah sebanyak empat titik, tetapi belum
sempat pecah. Herry terserang stroke dan harus menginap untuk menjalani
perawatan selama dua minggu. Saat itu Herry sudah tidak bisa berjalan dengan
normal, kaki kanannya harus diseret karena sudah mati rasa dan hampir lumpuh.
Mandi sendiri juga sudah tidak bisa. Di samping itu, ia tidak bisa bicara lagi.
Perkataannya ngelantur dan tidak terkontrol oleh otaknya. Memorinya lemah,
sehingga tidak bisa mengingat teman dan keluarganya yang menjenguknya setiap
hari.
Setalah dua minggu menjalani perawatan di rumah sakit ia
melanjutkan perawatan sendiri di rumah. Praktis selama tiga bulan ia harus
beristirahat dan tidak bisa bekerja di kantornya lagi. Sekembalinya dari rumah
sakit belum ada perubahan yang berarti. la masih harus latihan berjalan dan
banyak mengonsumsi obat.
Pada bulan Desember 2004, Herry melihat tayangan di salah satu
stasiun televisi swasta yang membahas khasiat buah merah untuk penyembuhan
berbagai penyakit, termasuk stroke. Setelah menonton tayangan di televisi, ia
mencari produk sari buah merah di daerah Gunung Sahari, Jakarta. Kemudian
secara rutin ia minum sari buah merah tersebut.
Sejak mendapatkan sari buah merah, Herry minum satu sendok makan
dua kali sehari. Berangsur-angsur manfaat sari buah merah ini mulai terasa.
Tangan dan kakinya mulai pulih. Sebalumnya, selain mati rasa, kedua organ tubuh
tersebut terasa panas.
Sekarang ia sudah bisa berjalan normal, tangannya baik, dan
sudah masuk kerja seperti biasa. Karena sembuh berkat pertolongan Tuhan melalui
buah merah, sekarang Herry ikut berjualan sari buah dari Papua ini.
