Kamis, 18 Agustus 2016

Testimonia buah merah papua

testimonia-buah-merah-papua


Stamina Prima Berkat Buah Merah
Marthen Wenggi, Wamena, Jayawijaya.

Marthen Wenggi lahir di Wamena pada tanggal 10 Maret 1956. la adalah seorang guru di sebuah SD Negeri di Wamena, sekaligus seorang mahasiswa MIPA di Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua. Pria enerjik yang malang melintang selama 30 tahun di pedalaman sebagai guru ini, mengenal buah merah sejak 30 tahun lalu. Tepatnya, ketika bertugas di pedalaman. Waktu itu, menurut Marthen, untuk mendidik masyarakat di pedalaman ia harus menyatu dengan masyarakat terlebih dahulu. Caranya adalah dengan memakan apa yang mereka makan dan hidup berbaur mengikuti adat-istiadat mereka.
Di kawasan pedalaman Yalimo, Marthen mulai makan dengan penduduk setempat. Makanan yang dihidangkan adalah ubi bakar dengan sayuran yang dicampur buah merah. "Ubi bakar dikupas, ditaruh di atas daun pisang, dicampur sayuran. Kemudian buah merah dikuliti dan dikramas (diremas dengan tangan hingga pasta dan minyaknya mengalir) di atas ubi. Rasanya enak sekali," Marthen mengenang saat pertama kali mengonsumsi buah endemik Papua tersebut.
Sejak saat itu, setiap hari Marthen selalu menyertakan buah merah dalam menu masakannya. Hasilnya, hingga saat ini Marthen sehat dan tidak mengidap suatu penyakit apa pun. Dalam bertugas, berjalan berkilo-­kilometer dilakoninya tanpa kehabisan energi, walaupun saat berjalan, asap mengepul dari gulungan tembakau di bibirnya. Hingga saat ini, Marthen masih setia menenteng buah merah jika menumpang pesawat dari Wamena ke Jayapura.

Kanker Rahim Rontok Berkat Minyak Buah Merah Ny. Rosdiati Arif, 48 th, Jl. Kaliprogo II RT 09 RW 3, Padang Harapan, Bengkulu, Telp. (0763) 27594

Awalnya, kehidupan sehari-hari Ny. Rosdiati biasa saja. Kehidupan istri pensiunan pegawai negeri ini mulai berubah sejak tahun 2002. Tepatnya, saat dokter memvonisnya menderita kanker rahim stadium 2B. Hal ini tentu saja mengejutkan Rosdiati.
Setelah berobat ke RSU Palembang, ia harus menjalani operasi dan kemoterapi. Hingga akhir 2003, Ny. Rosdiati menjalani kemoterapi sebanyak enam kali. Meskipun demikian, penyembuhan yang dilakukan tenaga medis ini tidak banyak mengurangi penderitaan perempuan berumur 48 tahun ini. Bahkan, badan Rosdiati lama-­kelamaan menjadi kurus, loyo, rambut rontok, dan sering sakit-sakitan.
Setelah mengalami penderitaan selama lebih dari satu tahun, pada bulan Februari 2003 Ny. Rosdiati mendapat kiriman minyak buah merah dari keponakannya yang tinggal di Wamena, Papua. Tanpa berpikir panjang, ia segera meminum minyak buah merah tersebut tiga kali sehari. Sekali minum satu sendok makan.
Tepat setelah 20 hari minum minyak buah merah, dari rahimnya keluar potongan-potongan daging (menyerupai daging yang dicincang) berwarna merah sebesar ujung kelingking. Pada bulan Juni, ia mendapat kiriman minyak buah merah lagi sebanyak 300 ml. Setelah diminum, dari rahimnya keluar lagi potongan daging yang diduga kanker yang menyerang rahimnya. Pada bulan September, juga demikian, yakni dari rahimnya keluar lagi potongan daging menyerupai lemak ayam. Selanjutnya, pada bulan Desember sering keluar cairan berwarna putih kental bercampur dengan bintik merah yang berbau anyir. Sejak itu, kondisi Ny. Rosdiati berangsur membaik.
Saat ini, kondisi fisik Ny. Rosdiati jauh lebih baik dibandingkan dengan 2—3 tahun lalu. Dulu, berat badannya turun drastis hingga tinggal 46 kg, tetapi sekarang sudah normal seperti semula, yakni 55 kg. Badannya sudah terlihat segar, tidak pucat, dan rambutnya pun tidak rontok lagi.

 

Rasa Sakit Akibat Kanker Otak Berkurang
Heni Winarti, Batu, Jawa Timur

Ibu Guru SD Tlekung ini adalah lahir pada tahun 1961 dan tinggal di Kota Apel, Batu, Jawa Timur. Di daerah pegunungan yang sejuk itulah Heni melakukan aktivitasnya sehari-hari. Awalnya kegiatan belajar mengajar di SD tersebut terlaksana dengan wajar. Namun, sejak pertengahan 2004, ada perasaan yang berbeda di kepalanya. Dalam sehari, selama sekitar 15 menit, kepalanya terasa sakit dan telinga berdenging, sehingga aktivitasnya terganggu. Kondisi seperti ini bisa terulang beberapa kali dalam sehari. Karena tidak tahan menanggung siksaan, Heni mengunjungi dokter. Setelah kepalanya di-scan, oleh dokter Heni dinyatakan mengidap kanker otak dan harus dioperasi. Tentu saja ibu guru ini kaget dan menolak pengangkatan kanker dari kepalanya. "Saya takut kalau harus dioperasi," katanya.
Pada akhir 2004, oleh teman sejawatnya sesama guru, Heni diberi minyak buah merah dan disuruh meminumnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter, ia pun diperbolehkan mengonsumsi minyak dari buah asal Papua tersebut. Awalnya, Heni hanya mengonsumsi satu sendok makan setiap hari. Seminggu kemudian, kepalanya pun mulai enteng. Tidak seperti sebelumnya, sakit di kepalanya mulai berkurang dan hanya sesekali menyerang.
Akhirnya Heni memesan minyak buah merah langsung dari sentranya di Wamena. Dosisnya pun ditingkatkan menjadi dua kali sehari, sekali minum satu sendok makan. Karena kondisinya membaik, akhirnya secara rutin ia me­ngonsumsi tiga sendok makan setiap hari. Walaupun belum sembuh secara total, siksaan di kepalanya bisa mereda. Bahkan, sejak mengonsumsi minyak buah merah, obat-obatan dari dokter mulai ditinggalkannya. Secara medis, sampai saat ini belum ada keterang­an tentang kondisi kanker di kepalanya, tetapi yang jelas kondisi kesehatannya sudah membaik. Kegiatan belajar mengajarnya pun sudah normal lagi.

Calon Kanker Mulut Rahim Berkurang
Ussy Sulistyowati, Artis Sinetron dan Bintang Iklan

Gadis kelahiran 13 Juli 1980 ini adalah seorang artis sinetron dan bintang iklan. Sampai saat ini sudah 16 judul sinetron dibintanginya dan tiga buah iklan memakai paras ayunya. Pemeran tokoh Mince dalam sinetron "Cintaku di Rumah Susun" ini pada bulan Juli 2004 mulai merasakan kejanggalan di mulut rahimnya. Setelah diperiksa, ternyata ada endovestrosen, yaitu jaringan tumbuh yang biasanya muncul saat menstruasi dan berpotensi menjadi kanker.
Ussy pun terbang ke Singapura untuk dibiopsi, melihat jaringan tersebut kanker ganas atau tidak. Biopsi yang dilakukan di Rumah Sakit Mount Elisabeth itu menunjukkan adanya kelenjar berwarna putih sepanjang 3 cm yang menurut dokter berpotensi menjadi kanker dalam kurun waktu 5—10 tahun lagi. Ussy menderita prakanker dan dokter menyarankan untuk operasi.
Saat pulang ke Jakarta untuk menunggu operasi, Ussy mendapat informasi dari seseorang agar ia mengonsumsi sari buah merah dari Papua. Kebetulan saat itu sari buah merah asal Papua sedang ngetrend dan menjadi buah bibir. Dua minggu sebelum berangkat ke Singapura untuk operasi, Ussy mengonsumsi sari buah merah sebanyak satu sendok teh, dua kali sehari.
Sesampainya di RS Mount Elisabeth, dokter yang menanganinya keheranan, karena lingkaran putih calon kankernya yang semula sepanjang 3 cm telah menyusut hingga tinggal 1 cm. Ussy mengatakan kepada dokternya dengan jujur bahwa selama di Jakarta ia meminum sari buah merah. Karena dokter di sana tidak mengenal buah merah, Ussy pun menjelaskannya secara panjang lebar bahwa di Indone­sia ada buah merah yang oleh masyarakat dimanfaatkan untuk pengobatan. Meskipun demikian, kelenjar yang berpotensi menjadi kanker di mulut rahim Ussy tersebut tetap dioperasi. Hasil kerja sari buah merah selama dua minggu yang mampu melenyapkan calon kanker sepanjang 2 cm dituntaskan oleh dokter RS Mount Elisabeth
Sampai sekarang di sela-sela kesibukannya Ussy masih setia mengonsumsi sari buah merah asal Papua. Sari buah yang diperoleh dari temannya yang bekerja di Papua pun kini dikonsumsi oleh semua anggota keluarganya.

Selamat Tinggal Ambeien
Hari Tjahyono, Ssi, Lembah Baliem, Jayawijaya

Pria kelahiran Ponorogo tanggal 1 Juni 1964 jnj adalah seorang sarjana lulusan Universitas
Terbuka. Pada tahun 1985, Hari berlayar ke Papua dan terbang ke Kecamatan Oksibil di Pegunungan Bintang, Lembah Baliem, tepatnya di Maki. Di sana, pria yang beristrikan perempuan dari Ranah Minang ini mengajar matematika dan berdakwah menyebarkan agama Islam kepada penduduk penganut animisme.
Pada tahun 1999, Hari mulai merasakan lubang duburnya panas setiap buang air besar (BAB) dan duduk pun menjadi tidak enak. Lama-kelamaan, jika buang air besar, darah keluar bercampur dengan kotoran, sehingga duburnya terasa panas dan sakit. Saat berobat ke rumah sakit di Wamena, oleh dokter ia diberi obat antiambeien yang harus dimasukkan ke dalam lubang dubur. Meskipun demikian, penyakitnya tak kunjung sembuh
Siksaan setiap kali buang air besar tetap saja menimpanya. Hal ini tentu membuat sang istri harus berkorban melupakan masakan khas kampung halamannya, masakan padang yang pedas. Soalnya, setiap kali menyantap masakan istrinya, Hari akan tersiksa, lubang duburnya bagai tersengat api, panas dan terasa pedas.
Siksaan yang dialami Hari berakhir setelah ia bertemu penulis buku Khasiat dan Manfaat Buah Merah: Si Emas Merah dari Papua, H. Machmud Yahya. H. Machmud Yahya yang waktu itu sudah mulai mengolah buah merah memberikan satu botol minyak buah merah (350 ml). Minyak buah merah yang diberikan penulis ini diminum sekali sehari, satu sendok makan setiap hari. Seminggu kemudian, saat buang air besar, panas di duburnya mulai hilang. Warna merah yang bercampur dengan kotorannya bukan lagi darah, tetapi efek dari minyak buah merah yang dikonsumsinya. Ambeiennya sembuh dalam waktu satu minggu dan sampai sekarang tidak menyiksanya lagi. Yang mem­buatnya lebih senang adalah ia sudah berani menyantap masakan istrinya, masakan padang yang ekstra pedas.

Hepatitis vs Sari Buah Merah
Heru Alamsyah, JI. Raya Jatimalcmur, Bekasi

Heru Alamsyah adalah anak kedua dari tiga bersaudara yang masih duduk di bangku kelas II SMA di Bekasi. Sejak empat bulan yang lalu, siswa yang jago ilmu fisika ini terserang virus hepatitis. Istilah ibunya waktu itu, Heru terkena sakit kuning. Tentu saja hal ini membuat Heru harus kehilangan waktu beberapa hari untuk belajar fisika di sekolahnya. Karena dokter waktu itu memintanya beristirahat di rumah untuk sementara waktu. Menurut dokter ia harus berpantang makanan yang mengandung minyak. Hal ini tentu saja agak memutuskan harapannya. Soalnya, ia baru saja mendapat sari buah merah yang rencananya akan digunakan untuk menyembuhkan penyakit hepatitisnya. Padahal sari buah dari Papua yang akan diminumnya ini dalam bentuk minyak.
Akhirnya, pria kelahiran 27 Maret 1988 ini nekat meminumnya. Satu sendok teh sari buah merah diminumnya 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Setelah meminumnya, badan memang agak terasa lemas, tetapi Heru diam saja, takut disalahkan oleh orang tuanya.
Ternyata badan lemas tersebut dialami oleh semua orang yang mengonsumsi sari buah merah. Ajaib, dari hari ke hari badan dan wajahnya menjadi segar dan kelopak matanya jernih tidak berwarna kuning lagi.

Asam Urat Sembuh dalam Seminggu
Ayub S. Parrrata, 731h, Penganggrek Nasional, JI. Tangkuban Perahu No. 157, Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Telp. (022) 2789286

Ayub S. Parnata yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Desember 1932 merupakan nama yang tidak asing di kalangan penggemar anggrek. Sedikitnya ia berhasil menyilangkan 10.300 jenis anggrek unggulan yang beberapa di antaranya telah didaftarkan di pusat peranggrekan internasional, yaitu The Register of Orchid Hybrids, Royal Horticultura Society, Vincent Square, London, Inggris. Karenanya, beberapa hasil karyanya menghebohkan penganggrek di luar negeri. Maklum, sejak tahun 1947, kakek ini sudah berkutat dengan anggrek. Sejak itu, praktis kehidupan sehari-harinya tidak terlepas dari tanaman anggrek.
Sejak pertengahan 2004, aktivitasnya "bermesraan" dengan anggrek agak terganggu. Bapak anggrek ini terserang asam urat. Menurutnya, ketika serangan asam uratnya kambuh, kakinya sangat sakit. Bahkan, bergerak sedikit saja sakitnya luar biasa. Karenanya, tidak jarang ia hanya bisa berbaring di tempat tidur. Serangan hebat terjadi lagi saat ia ngemil suuk (makan kacang tanah). Serangan asam urat di kakinya ini secara rutin menyerangnya, tidak hanya pada malam hari, tetapi juga siang hari saat ia harus mengurus anggrek­-angreknya.
Pada bulan Juni 2004, sebagai salah satu tokoh tani, Ayub berangkat ke Manado untuk mengikuti temu Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA). Pada pertemuan ini banyak dibuka stand dari penjuru tanah air yang memamerkan produk unggulan. Di salah satu stand dari Provinsi Papua, Ayub secara kebetulan melihat produk berupa minyak buah merah. Oleh penjaga stand tersebut, ia disarankan meminum minyak buah merah sebanyak satu sendok makan, dua kali sehari. Karena ingin penyakitnya sembuh, Ayub pun membeli sebotol minyak buah merah ukuran 200 ml dan meminumnya satu sendok makan, tiga kali sehari.
Sebenarnya waktu minum pertama kali ia tidak yakin asam uratnya bisa sembuh. Keraguan itu disebabkan warna minyak buah merah tersebut menurutnya tidak lazim, apalagi tidak berasa dan tidak berbau. Saat diminum, minyak tersebut terasa nggelontor di lehernya. Meskipun demikian, ia mencoba "menganilisis" warna merah tersebut. la pun bisa memastikan bahwa warna tersebut disebabkan kandungan berupa tokoferol dan betakaroten yang jika sudah masuk ke dalam tubuh menjadi vitamin A. "Dan ini pasti ajaib," begitu pikirnya.
Sejak minum minyak buah merah, keajaiban mulai terjadi. Rasa sakit akibat asam uratnya berangsur-­angsur menghilang. Sungguh luar biasa, setelah satu minggu mengonsumsi minyak buah merah, asam uratnya lenyap. Pengalaman berharga ini kemudian diberitakan kepada mertuanya yang juga mengidap asam urat. Setelah mengonsumsi minyak buah merah, penderitaan mertuanya juga sembuh. Meskipun demikian, baik Ayub maupun mertuanya tetap berpantang aneka makanan yang bisa memicu kambuhnya asam urat, terutama jeroan dan kacang tanah. Setelah sembuh dari asam urat dan tubuhnya semakin bugar, anggrek-anggrek Ayub kembali kebagian sentuhan tangan dinginnya.

Darah Tinggi Menurun dan Maag Sembuh
H. Abdus Salam, Wamena, Jayawijaya

Arek Madura kelahiran Jember 28 Februari 1958 ini datang ke Papua pada tahun 1987 dengan perasaan duka. Pasalnya, Salam, demikian panggilannya sehari-hari, baru saja ditinggal lari oleh istrinya. Dengan perasaan broken heart, lulusan SMP Probolinggo ini berlayar ke Papua dan menetap di Wamena. Di Lembah Baliem ini ternyata lapangan pekerjaan tidak ada, hingga Salam akhirnya menjadi kuli di pabrik tebu. Tiga tahun bekerja di sana, Salam berhasil menggaet adik perempuan majikannya. Setelah itu, Salam pun mulai mandiri. Lama-kelamaan ia berhasil menjadi seorang pengusaha yang terbilang sukses di Wamena, tentu saja berkat dukungan istri barunya yang setia. Bidang usahanya antara lain angkutan darat, industri tabu, kontrakan, kontraktor, dan industri buah merah.
Disebabkan perubahan gaya hidupnya, pada tahun 1989, Salam terkena penyakit komplikasi antara darah tinggi, maag, dan asam urat. Saat berkunjung ke dokter, tensim­eter menunjukkan angka 230/110 dan asam uratnya 6,8. Maagnya juga menyiksa, apalagi saat ia menyantap masakan pedas, sehingga perutnya terasa perih dan melilit. Obat-­obatan dari dokter tidak banyak membantu meringankan penderitaannya.
Sejak akhir Desember 2004, Salam mulai mengonsumsi minyak buah merah yang banyak diproduksi di Wamena. Secara rutin ia minum dua kali sehari setelah sarapan pagi dan menjelang tidur, sekali minum satu sendok makan. Satu setengah bulan sejak mengonsumsi minyak buah merah, Salam kembali ke dokter. Oleh dokter, darah tingginya dinyatakan turun menjadi 140/80. Maagnya juga sudah sembuh dan Salam pun mulai berani makan masakan pedas.
Dua penyakit kambuhannya, darah tinggi dan maag memang lenyap, tetapi asam uratnya masih bercokol, tidak ada perubahan sedikit pun. Sampai sekarang, Salam masih menunggu keampuhan buah merah untuk menggempur asam uratnya. Untuk menjaga stamina, Pak Haji ini masih setia mengonsumsi minyak buah merah.

Herpes Kelamin Lenyap Dalam Dua Minggu
Ulfa, Karyawan Swasta, Jakarta

Ulfa, bukan nama sebenarnya, adalah seorang karyawati di sebuah perusahaan swasta. Gadis lajang berusia 21 tahun ini baru saja menyelesaikan pendidikannya di SMU dan langsung mendapatkan pekerjaan. Sejak sekolah di sebuah SMU di Jakarta, gadis ini terjebak dalam pergaulan bebas, sehingga menjadi penganut seks bebas pula. Karenanya, gadis ini sering berganti pasangan dan berdasarkaq pengakuannya dalam berhubungan seks ia tidak pernah menggunakan alat kontrasespi.
Pada awal Januari 2005, di sekitar selangkangannya muncul bintik­bintik berair yang terasa gatal. Lama­kelamaan bintik-bintik itu semakin gatal dan menyebar merata, bahkan sampai ke sekitar mulut vaginanya. Tentu saja hal ini mengagetkan dan membuatnya ketakutan, tetapi mau berobat ke dokter ia merasa malu. Ulfa kemudian mencoba mengobati dirinya sendiri dengan cara berendam di air panas yang sudah dicampur dengan PK (kalium permanganat). Selain itu, ia juga minum antibiotik. Meskipun demikian, upayanya tidak membuahkan hasil, bahkan penyakitnya semakin menyebar.
Pada akhir Februari 2005, Ulfa mendapat saran untuk minum sari buah merah sekaligus mengoleskan minyak atau salep buah merah ke bagian yang gatal tersebut. Ajaib, tiga hari berikutnya gatal-gatalnya mereda dan dua minggu kemudian herpesnya hilang sama sekali. Bahkan, bekas gatal-gatalnya di kulit paha dan di sekitar vaginanya hilang tak berbekas. Efek minum buah merah menjadikan staminanya di lingkungan kerjanya meningkat.

Sari Buah Merah Menyembuh­kan Alergi pada Bayi
Muhamad Faisal, Parungpanjang, Depok

Ny. Suhana adalah seorang ibu yang baru saja melahirkan bayi pertamanya. Perempuan yang tinggal di Kampung Bulu, Citayam, Depok ini bersuamikan seorang laki­l-aki yang mencoba berwiraswata kecil-kecilan, yakni berdagang spare part sepeda motor. Pada tanggal 17 Desember 2004, Ny. Suhana melahirkan bayi laki-laki. Tentu saja hal ini menggembirakan hatinya sebagai seorang ibu. Namun, kebahagiaan itu tiba-taiba harus berubah menjadi kesedihan. Pasalnya, satu bulan sejak melahirkan, bayinya yang bernama Muhamad Faisal menderita penyakit yang menyerupai kudis atau eksim di sekujur tubuhnya, dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Karena panik, bayinya yang baru berumur satu bulan tersebut dibawa ke sebuah Puskesmas di Parung. Menurut dokter, bayinya menderita alergi, tetapi tidak menyebutkan apa pemicu alergi tersebut. Setelah mendapat obat-obatan dari dokter, Ny. Suhana pun pulang dan merawat anaknya.
Dalam perawatannya, penyakit anaknya tak kunjung sembuh. Tentu saja ia tidak tega melihat buah hatinya tersiksa. Sebulan merawat bayinya di rumah, Ny. Suhana mendapat sari buah merah asal Papua yang konon ampuh dalam menyembuhkan penyakit dari salah seorang tetengganya. Dengan rasa penasaran, ia memberikan sari buah merah kepada bayinya dengan cara meminumkannya sebanyak 2 ml sekali minum. Intervalnya dua kali sehari. Selain diberikan dengan cara diminumkan, sari buah merah tersebut juga dioleskan ke sekujur tubuh bayinya.
Setelah diberi sari buah merah selama satu bulan, kondisi bayinya berangsur-angsur membaik. Penyakit yang menyerupai eksim di sekujur tubuhnya mulai menghilang sedikit demi sedikit. Hampir semua permukaan kulitnya mulus kembali.

Tekanan Darah Tinggi dan Herpes Kulit Hilang dalam Waktu Satu Bulan
Lettu (Purn) H. Abdul Karim, Bogor

H. Abdul Karim adalah seorang purnawirawan TNI AD dengan pangkat terakhir letnan satu. Abdul Karim pernah bertugas di Divisi Siliwangi sebagai seorang pejuang perintis dan penegak kemerdekaan Republik Indonesia. Pejuang yang kenyang bergerilya ini kelahiran tahun 1922. Semasa bertugas ia banyak melakukan perang gerilya di Pulau Jawa, dari Banten, Yogyakarta, sampai Surabaya. la juga terlibat dalam Serangan Umum 1 Maret 1949.
Kini, H. Abdul Karim yang sudah berusia lanjut ini mulai terkena beragam penyakit. Enam tahun yang lalu ia terserang penyakit kulit. Awalnya hanya gatal, kemudian timbul bintik-bintik berair yang semakin lama semakin terasa gatal. Setelah diperiksakan ke dokter, ternyata penyakitnya adalah herpes. Selain terserang virus herpes, ia juga terserang penyakit tekanan darah tinggi.
Pada bulan Januari 2005, Ny. Abdul Karim membeli sebotol sari buah merah. Memang untuk ukuran mereka, harga sari buah merah tersebut terhitung mahal, tetapi demi kesembuhan suaminya, sang istri membelinya juga. Waktu itu, H. Abdul Karim meminum sari buah merah sebanyak satu sendok makan dua kali sehari. Seperti para penderita lain, pertama kali minum rasa mual dan lemas dirasakan anggota veteran ini. Meskipun demikian, setelah satu bulan, tekanan darahnya mulai normal dan bintik­-bintik gatal karena virus herpes yang ada di sekujur tubuhnya pun mulai menghilang. Sampai sekarang, H. Abdul Karim tetap minum sari buah merah.

Meningkatkan Stamina dan Libido
Lukas, Depok

Lukas, bersama beberapa temannya adalah tukang ojek di daerah Jakarta. Rata-rata teman satu grupnya berumur 30—45 tahun. Waktu operasi mereka adalah dari pukul 06.00—18.00 WIB, bahkan untuk mengejar setoran kadang­-kadang mereka narik sampai malam. Pola kerja seperti ini tentu saja banyak menguras stamina mereka. Sesampai di rumah, kondisi fisik mereka sering kecapaian, sehingga kebutuhan biologis para istri sering terabaikan. Hanya tempat tidur yang menjadi tujuan mereka, untuk tempat memejamkan mata hingga pagi harinya.
Selama ini, untuk membantu meningkatkan staminanya, Lukas bersama teman-temannya selalu mengonsumsi minuman berenergi. Paling tidak, mereka bisa minum dua botol per hari. Meskipun demikian, cara ini tidak banyak membantu tubuhnya.
Pada pertengahan Februari 2005, Lukas bersama teman-temannya mecoba mengonsumsi sari buah merah. Waktu itu, mereka mencoba meminum sari buah merah sebanyak satu sendok teh pada malam hari menjelang tidur. Hasilnya ternyata berbeda-beda. Sebagian besar temannya merasa mual, mulas, badan lemas, beberapa menit kemudian mengantuk, dan tertidur. Namun pada pagi harinya, badan mereka menjadi segar dan semangatnya meningkat.
Lukas sendiri tidak merasakan mual, mulas, lamas, dan ngantuk. Efek yang dirasakannya 15 menit setelah meminum sari buah merah membuat gairah seksualnya meningkat, badannya menjadi segar dan fit seperti telah meminum minuman berenergi. Temannya ada yang merasakan hal serupa setelah setengah jam, ada yang satu jam, dan adapula yang merasakan libidonya meningkat setelah dua jam. Masuk angin dan pegal-pegal pun jarang menyerang walaupun harus narik ojek saat hari hujan dan panas.
Sampai sekarang, Lukas masih rutin mengonsumsi sari buah merah menjelang tidur. Badannya tetap fresh dan fit. Dan, jika lupa meminum sari buah merah, badan Lukas menjadi loyo dan seolah-olah kehilangan tenaga.

Eksim yang Diderita Selama Sembilan Bulan Sembuh
Widyawati, Parungpanjrang, Depok

Sebagai seorang istri pegawai negeri, selain sibuk sebagai ibu rumah tangga, Widyawati (bukan nama sebenarnya) sibuk di organisasi Dharma Wanita di lingkungan suaminya bekerja.
Sejak tahun 1996, Widyawati terserang eksim di kedua pergelangan kakinya. Lama-kelamaan eksimnya bertambah gatal dan semakin melebar. Selama ini Widyawati yang tinggal di Parungpanjang, Depok, rutin memeriksakan penyakitnya ke dokter spesialis kulit di Semarang, Jawa Tengah. Di Semarang, Widyawati diinjeksi agar penyakitnya sembuh. Anehnya, sepulang dari Semarang eksimnya yang sudah berangsur-angsur sembuh, beberapa lama kemudian kambuh lagi.
Kejadian tersebut terus berulang hingga tahun 2004. Rasa gatal di kedua pergelangan kaki tersebut kadang-kadang menyerang dengan hebat dan secara reflek mendorong tangannya untuk menggaruk, sehingga kondisinya semakin bertambah parah. Karenanya, tidak mengherankan jika eksim tersebut semakin melebar dan semakin tebal. Selain berobat ke dokter ahli kulit di Semarang, ia juga mencoba berbagai macam salep untuk pengobatan eksimnya, tetapi hasilnya nol besar.
Pada bulan Januari 2005, kebetulan salah seorang anak perempuannya berjualan sari buah merah yang didapatkan dari Wamena, Papua. Oleh anak perempuannya tersebut, Widyawati disarankan meminum sari buah merah tersebut dan mengoleskannya di pergelangan kakinya yang terkena eksim. Widyawati meminum sari buah merah dua kali sehari sebanyak satu sendok makan. Pergelangan kakinya diolesi minyak buah merah setelah mandi atau buang air besar: Dari hari-ke hari eksim di kedua pergelangan kakinya mulai menyusut dan kulitnya mulai halus. Eksim yang diderita selama sembilan tahun itu kini telah sembuh. Perawatan dengan sari buah merah pun tetap rutin dilakukan untuk membersihkan bekas lukanya.

Tekanan Darah Turun dan "Gempa Bumi" Akibat Penyakit Jantung Lenyap
Sri Widowati, Ujung Aspal, Pondok Gede

Sehari-hari Sri Widowati yang berumur 59 tahun adalah ibu rumah tangga yang mengasuh 3 dari 4 anaknya. Anak pertamanya sudah lepas dari asuhannya karena sudah menjalin bahtera rumah tangga dan mempunyai rumah sendiri. Bu Wid, demikian ia biasa disapa, sejak muda sudah mengidap penyakit tekanan darah tinggi dan jantung. Bahkan, ia pernah dirawat beberapa kali di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Jika penyakit jantungnya sedang kambuh, seolah-olah ia merasakan sedang terjadi gempa bumi. Sedangkan, ketika tensi darahnya sedang naik, kadang-kadang anaknya yang terkena getah, ia pun marah-­marah seenaknya.
Pada Desember 2004, anak pertamanya membawa satu botol besar yang berisi sari buah merah dari Papua. Waktu itu Bu Wid agak enggan dan jijik meminumnya, ia agak merasa mual dan ingin muntah. Setelah itu, badannya terasa lemas dan ia pun tertidur. Begitu bangun tidur keesokan harinya, perubahan drastis dialaminya. Badannya terasa segar dan fit. "Seperti muda lagi", kata Bu Wid.
Setelah berlangsung sekitar 1 bulan, berangsur-angsur "gempa bumi" dan debaran jantungnya menghilang. Ketika ke dokter, tensimeter menunjukkan angka 110/90. Angka ini jelas berbeda dengan 2 bulan yang lalu, yang menunjukkan 220/140. Rasa berdenyut-denyut di kepala juga hilang, rasa sakit seperti ditusuk jarum di ulu hatinya juga lenyap. Namun, ia belum memeriksakan jantungnya ke RS Harapan Kita lagi. Baginya, yang terpenting adalah tubuhnya sudah terasa enak lagi.

Stroke Sembuh Setelah Minum Sari Buah Merah
Herry Sutjipto, Jati Makmur, Bekasi

Herry Sutjipto yang tinggal di Jati Makmur Bekasi adalah seorang karyawan swasta yang bekerja di daerah Fatmawati, Jakarta Selatan. Pria kelahiran 23 Januari 1956 ini mengaku tidak pernah mengidap penyakit berbahaya.
Pada bulan Agustus 2004, perokok berat ini asyik menonton televisi. Tanpa disadarinya, tiba-tiba dari lengan sampai ujung jari tangan kanannya mati rasa, begitu juga kaki kanannya. Herry pun kebingungan. Istrinya segera menelepon sang kakak yang kebetulan seorang dokter. Melalui telepon, kakak iparnya menanyakan kondisi Herry, apakah matanya bisa terpejam dan lidahnya masih bisa menjulur. Kakak ipar ini curiga Herry terserang stroke. Atas saran sang kakak ipar, Herry dibawa ke RS Harapan Kita Bekasi. Disebabkan saat itu hari Minggu, dokter spesialis saraf sedang libur, sehingga Herry dilarikan ke UGD RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Namun, karena takut melihat situasi ruangan UGD yang menurut Harry menyeramkan, Herry meminta dibawa lagi ke RS Harapan Kita.
Setelah dilakukan pemeriksaan lewat CT-scan, di kepala Herry ternyata terdapat penyumbatan pembuluh darah sebanyak empat titik, tetapi belum sempat pecah. Herry terserang stroke dan harus menginap untuk menjalani perawatan selama dua minggu. Saat itu Herry sudah tidak bisa berjalan dengan normal, kaki kanannya harus diseret karena sudah mati rasa dan hampir lumpuh. Mandi sendiri juga sudah tidak bisa. Di samping itu, ia tidak bisa bicara lagi. Perkataannya ngelantur dan tidak terkontrol oleh otaknya. Memorinya lemah, sehingga tidak bisa mengingat teman dan keluarganya yang menjenguknya setiap hari.
Setalah dua minggu menjalani perawatan di rumah sakit ia melanjutkan perawatan sendiri di rumah. Praktis selama tiga bulan ia harus beristirahat dan tidak bisa bekerja di kantornya lagi. Sekembalinya dari rumah sakit belum ada perubahan yang berarti. la masih harus latihan berjalan dan banyak mengonsumsi obat.
Pada bulan Desember 2004, Herry melihat tayangan di salah satu stasiun televisi swasta yang membahas khasiat buah merah untuk penyembuhan berbagai penyakit, termasuk stroke. Setelah menonton tayangan di televisi, ia mencari produk sari buah merah di daerah Gunung Sahari, Jakarta. Kemudian secara rutin ia minum sari buah merah tersebut.
Sejak mendapatkan sari buah merah, Herry minum satu sendok makan dua kali sehari. Berangsur-angsur manfaat sari buah merah ini mulai terasa. Tangan dan kakinya mulai pulih. Sebalumnya, selain mati rasa, kedua organ tubuh tersebut terasa panas.
Sekarang ia sudah bisa berjalan normal, tangannya baik, dan sudah masuk kerja seperti biasa. Karena sembuh berkat pertolongan Tuhan melalui buah merah, sekarang Herry ikut berjualan sari buah dari Papua ini.

Kandungan buah merah papua

kandungan-buah-merah-papua.




Sampai saat ini senyawa kimia yang terkandung di dalam sari buah merah masih tidak seragam, terutama tokoferol dan betakarotennya. Beberapa sampel sari buah merah yang diteliti menunjukkan kadar kandungan tokoferol dan betakaroten yang berbeda-beda. Jumlah kandungan dua senyawa ini dipengaruhi oleh tempat tumbuh tanaman dan proses pembuatannya. Tokoferol dan betakaroten yang tinggi diperoleh dari buah yang berasal dari tanaman dataran tinggi dan melalui proses pemasakan yang benar. Proses pemasakan dengan pemanasan tinggi dan waktu lama akan menurunkan dua kandungan tersebut. Kandungan senyawa kimia ini juga dipengaruhi oleh jenis buah merah tersebut. Dipedalaman Papua sendiri bisa ditemukan paling sedikit 14 jenis atau varietas tanaman buah merah.
Sampel sari buah merah barugum yang berhasil diteliti oleh Fakultas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) menunjukkan kandungan senyawa kimia seperti yang tertera di Tabel berikut ini.

 

» Kandungan Senyawa Kimia Buah Merah

No.
Bahan Kimia
Kandungan



1.
Tokoferol
511 ppm
2.
Alfatokoferol
351 ppm
3.
Betakaroten
59,7 ppm
4.
Protein
0,27%
5.
Kalsium
9,730 mg
6.
Besi
17,885mg
7.
Fosfor
0,774%
8.
Vitamin C
0,088 ug/g
9.
Asam Palmitoleat
1091 mg
10.
Asam oleat
66057 mg
11.
Asam linoleat
5532 mg
12.
Asam alfa linolenat
589 mg
Sementara itu, penelitian I Made Budi terhadap buah merah yang dimuat di buku Buah Merah (Penebar Swadaya, 2004) menunjukkan basil seperti di 2 tabel berikut ini.

» Kandungan Senyawa Kimia Buah Merah

No.
Bahan Kimia
Kandungan
1.
Tokoferol
511 ppm
2.
Alfatokoferol
351 ppm
3.
Betakaroten
59,7 ppm
4.
Protein
0,27%
5.
Kalsium
9,730 mg
6.
Besi
17,885mg
7.
Fosfor
0,774%
8.
Vitamin C
0,088 ug/g
9.
Asam Palmitoleat
1091 mg
10.
Asam oleat
66057 mg
11.
Asam linoleat
5532 mg
12.
Asam alfa linolenat
589 mg

» Kandungan nutrisi per 100 gram buah merah

No.
Bahan Kimia
Kandungan
1.
Energi
396 kal
2.
Protein
3.300 mg
3.
Lemak
28.100 mg
4.
Serat
20.900 mg
5.
Kalsium
54.000 mg
6.
Fosfor
30mg
7.
Besi
2,44 mg
8.
Vitamin B1
0,90 mg
9.
Vitamin C
25,70 mg
10
Niasin
1,8 mg
11.
Air
34,90 mg
 Tokoferol, alfatokoferol, dan betakaroten yang terkandung dalam buah merah dalam proses penyembuhan penyakit berfungsi sebagai antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas. Ketiga senyawa inilah yang membantu proses penyembuhan penyakit kanker, tumor, dan HIV/AIDS. Senyawa antioksidan ini bekerja menekan dan membunuh sel-sel kanker yang berbahaya.
Tokoferol yang ada di dalam buah merah tersebut adalah vitamin E alami yang bisa mengencerkan darah. Hal ini baik untuk penderita stroke. Salah satu pemicu stroke adalah tekanan darah tinggi dan penyumbatan atau penggumpalan darah di pembuluh darah. Jika tekanan darah meningkat dan terjadi penggumpalan atau penyumbatan di dalam pembuluh darah, pembuluh darah bisa pecah. Pecahnya pembuluh darah ini dinamakan stroke. Tokoferol tersebut akan membantu mengencerkan darah, mencegah penggumpalan darah, dan memperbaiki sistem kerja jantung, atau menurunkan tekanan darah. Sementara itu, betakaroten di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh manusia. Vitamin A inilah yang berfungsi membantu menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan mata.

Senyawa asam lemak tak jenuh, seperti omega 9, omega 6, dan omega 3 berperan membantu sistem kerja otak. Selain itu, senyawa ini di dalam tubuh juga bisa bekerja sebagai antioksidan. Kalsium dan besi yang ada di dalam buah merah sangat tinggi dan bisa membantu mencegah dan mengobati osteoporosis. Sementara itu, senyawa lainnya, seperti vitamin C dan B hanya sedikit.

Sekilas buah merah papua

sekilas-buah-merah-papua.



Tanaman buah merah adalah tanaman yang masih satu famili dengan tanaman pandan. Pandanus conoideus ini di habitat aslinya (Pulau Papua) tumbuh dari dataran rendah dekat pantai sampai dataran tinggi. Bahkan, di lereng pegunungan Jayawijaya diketinggian 2.500 m dpl. tanaman ini bisa ditemukan. Tanaman berkayu ini tumbuh bercabang sampai mempunyai 5 cabang. Daunnya berbentuk pita yang pinggirnya berduri-duri kecil. Tinggi tanaman bisa mencapai 15 meter. Akarnya berbentuk akar udara yang menggantung sampai ketinggian satu meter dari pangkal batang. Tanaman ini berbuah saat berumur tiga tahun sejak ditanam.
Buah merah umumnya berbentuk panjang lonjong atau agak persegi. Panjang buah 30-120 cm. Diameter buah 10-25 cm. Buah ini umumnya berwarna merah, merah kecokelatan, dan ada pula yang berwarna kuning. Kulit buah bagian luar menyerupai buah nangka. Di Papua, beberapa daerah yang menjadi sentra buah merah adalah daerah-daerah yang berada di sepanjang lereng pegunungan Jayawijaya. Di antaranya Kelila, Bokondini, Karubaga, Kobakma, Kenyam, dan Pasema.
Menurut kepercayaan penduduk Suku Dhani di Memberamo, Papua, ribuan tahun yang lalu, nenek moyang mereka turun dari Gunung Pugima ke daerah Wesakpog untuk berkumpul. Gunung Pugima, menurut mereka adalah gunung Jayawijaya yang merupakan gunung tertinggi di Indonesia dan Wesakpog adalah sebuah daerah di Lembah Baliem. Setelah berkumpul di Wesakpog, nenek moyang orang Papua ini kemudian melanjutkan perjalanan tanpa membawa bekal dan peralatan sama sekali. Mereka kemudian menyebar ke seluruh penjuru mata angin.
Dalam perjalanan, sebagian dari mereka ada yang berhenti untuk beristirahat dan membuat api. Menurut cerita masyarakat Suku Dhani, di tempat mereka beristirahat tersebut, Sang Pencipta menurunkan peralatan berupa busur dan anak panah, kapak batu, batu api, bermacam-macam tumbuhan, serta binatang piaraan. Tumbuhan yang dimaksud di antaranya ubi dan buah merah. Sementara itu, binatang piaraannya diduga babi. Setelah mematikkan batu api, mereka membakar ubi dan buah merah. Sisa buah merah tersebut kemudian diberikan kepada binatang piaraannya. Di tempat beristirahat dan membuat api itulah mereka kemudian membuat perkampungan dan berkembang menjadi berbagai macam suku seperti sekarang ini.
Sementara itu, sebagian nenek moyang orang Papua terus berjalan melanjutkan perjalanan darat dan sebagian lagi menyeberangi lautan menggunakan rakit. Diduga kuat, mereka yang menyeberangi lautan ini sampai di Benua Australia dan menjadi cikal-bakal Suku Aborigin.
Hingga sekarang, buah merah tetap menjadi makanan sebagian penduduk Pulau Papua, terutama yang bermukim di daerah Pegunungan Jayawijaya. Oleh penduduk, buah merah ini dijadikan campuran makanan sehari-hari. Mereka memeras buah merah setelah membakarnya dengan batu. Sari buah merah hasil perasan ini mereka konsumsi bersama ubi, sayuran, dan bahan makanan lain. Sementara itu, ampas atau pastanya diberikan kepada babi hutan piaraan mereka.

Dalam upacara bakar batu, buah merah pun menjadi elemen pokok. Upacara bakar batu biasanya dilakukan untuk mengumpulkan masyarakat, terutama dalam satu suku, ketika ada suatu acara, seperti pernikahan, hari natal, idul fitri, tahun baru, perayaan panen, menyembah leluhur, kematian, atau untuk mempererat hubungan ikatan keluarga. Hidangan hasil upacara bakar batu tidak lengkap dan kurang nikmat jika tidak menggunakan buah yang masih satu famili dengan tanaman pandan ini.
Saat panen raya buah merah, masyarakat Papua biasanya memasak buah merah seperti halnya masyarakat di Pulau Jawa membuat minyak kelapa. Minyak buah merah tersebut kemudian disimpan di dalam bumbung bambu dan bisa bertahan selama satu tahun. Cadangan minyak tersebut digunakan untuk memasak makanan, seperti halnya minyak goreng. Minyak buah merah ini digunakan untuk pengganti minyak goreng yang harganya di daerah pedalaman relatif mahal.
Sampai sekarang buah merah tetap digunakan oleh masyarakat Papua. Sebagian besar penduduk yang mengonsumsi buah merah, baik berupa pasta dalam makanan sehari-hari maupun minyaknya, jarang terkena penyakit, tubuhnya kuat, dan staminanya prima. Kenyataan ini banyak mengundang pertanyaan masyarakat pendatang, sehingga tidak sedikit dari mereka yang mulai mencoba memanfaatkan buah merah, terutama minyaknya.
Sejak I Made Budi, salah seorang dosen di Universitas Cenderawasih Jayapura, meneliti kandungan buah ini, masyarakat pendatang ramai-ramai mengeksploitasi buah ini dari pedalaman. Hingga saat ini hampir semua elemen masyarakat, dari yang masih berkoteka, aparat pemerintah, hingga kalangan swasta ramai-ramai terjun mengolah buah merah. Karenanya, tidak mengherankan jika buah merah kemudian mendapat julukan emas merah dari belantara Papua. Minyak buah merah hasil olahan mereka kemudian dijual sebagai obat yang banyak membantu menyembuhkan berbagai jenis penyakit, seperti HIV/AIDS, kanker/ tumor, ambeien, diabetes mellitus, asam urat, rematik, jantung koroner, paru-paru, asma, gangguan jantung dan ginjal, tekanan darah tinggi, eksim, dan herpes.
Sampai saat ini penelitian tentang khasiat dan manfaat buah merah untuk pengobatan masih belum selesai. Secara klinis pembuktiannya belum dilakukan. Meskipun demikian, secara empiris tidak sedikit penderita penyakit yang sudah merasakan manfaat buah ini. Beberapa di antaranya ada yang mengonsumsi buah ini dengan mengombinasikan bersama obat dokter, ada yang mencampurnya dengan herbal lain, dan ada pula yang mengonsumsinya secara tunggal.

Fenomena ini kemudian mengundang pro dan kontra dari berbagai kalangan masyarakat. Ada yang langsung percaya dan menggunakannya untuk pengobatan, ada yang melakukan penelitian, dan ada pula yang masih ragu-ragu akan kemampuan komoditas perkebunan ini. Bagaimana pun kontroversi yang berkembang, di lapangan tidak sedikit penderita aneka penyakit yang sembuh dengan buah merah dan akhirnya berani memberikan kesaksian akan kemampuan Pandanus conoideus ini kepada masyarakat.